Riview Film The Martian - Kembalikan Matt Damon ke Bumi
[img=ristiirawan.wp]
Setelah sekian lama tidak menduduki sofa empuk XXI, akhirnya beberapa hari yang lalu kesampaian juga menghanyutkan diri dalam science fiction "The Martian". Film yang disadur dari novel best seller karya Andy Weir ini bercerita tentang Seorang astronot Mark Watney (Matt Damon) yang terdampar di planet Mars. Harus berjuang seorang diri untuk bertahan hidup di planet yang tandus, gersang dan dengan persediaan dan peralatan yang terbatas.
Menurut salah satu blogger sekaligus reviewer film - niken, The Martian seperti 101: Guide How To Survive on Mars. Andy Weir, yang seorang programmer komputer dan anak dari fisikawan partikel, menulis The Martian dengan aspek teknis ilmiah yang kurang lebih scientific-accurate. Bahkan proses pembuatan film The Martian juga dikonsultasikan langsung ke NASA, dan entahlah apakah pengumuman ditemukannya air di planet Mars oleh NASA yang dirilis beberapa hari sebelum tayangnya The Martian berhubungan atau tidak (It's just like a good publicity for both of them!). Aspek sains dan teknik ini mungkin membingungkan, terutama karena lebih dominan ke arah technical (seperti bagaimana menghasilkan air atau bercocok tanam dengan kotoran sendiri).
Dan menurut ku yang konon suka bahasa dan sastra tapi ngampus di Teknik Informatika, sejujurnya perlu loading lama juga untuk memahami aspek sains dan tekniknya yang memang menjadi titik berat dalam alur cerita The Martian. But like Mark Watney said, "I'm gonna have to science the shit out of this!".
Berawal dari sebuah misi luar angkasa, yang harus dibatalkan karena badai besar yang menghantam wilayah tim Ares III bekerja. Misi mereka seharusnya adalah mencoba menciptakan kehidupan baru di planet Mars, dengan membawa begitu banyak peralatan lengkap, termasuk perangkat bertahan hidup yang sudah terpasang di permukaan gurun pasir berbatu yang keras di planet Mars.
Badai terlihat semakin tidak bersahabat, sehingga tim harus segera dievakuasi dan harus segera kembali ke pesawat untuk meninggalkan planet mars. Saat itu Mark Watney merupakan salah satu awak yang ikut dalam misi, terbawa badai dan terpisah dari tim. Tim berasumsi bahwa Mark telah tewas karena setelah beberapa kali melakukan kontak, Mark tidak menjawab, dan pesawat segera meninggalkan permukaan Mars, dan meninggalkan Mark sendiri di sana.
Cerita selanjutnya bisa ditebak, bagaimana Mark bertahan hidup sendirian di Planet Mars dengan peralatan seadanya sembari berusaha menghubungi NASA. Celakanya alat komunikasi yang akan digunakan tidak ada, rusak atau apalah.. yang jelas secara scientific diperlukan waktu 4 tahun untuk bisa membuat atau memperbaiki alat komunikasi agar bisa terhubung dengan orang di bumi. Sementara persediaan air dan makanan tidak cukup untuk waktu selama itu. Maka emosi penonton pun dibawa terombang - ambing melihat perjuangan Mark bertahan hidup di planet mars.
Bisa dibayangkan, orang yang terdampar di pulau tak berpenghuni sampai bertahun - tahun saja bisa gila, apalagi terdampar di planet tak berpenghuni dengan persediaan terbatas dan alam yang tak bisa diprediksi.. wooow
Untungnya film dengan durasi hampir dua setengah jam ini diperankan oleh Tokoh yang asyik, ceria dan optimis membuat film jadi enak untuk diikuti. Alih-alih bikin depresi, petualangan terdampar di luar angkasa menjadi semacam humor menertawakan diri sendiri. Namun tetap saja porsi humor ini tidak mengurangi ketegangan yang ada.
Bagi yang menyukai scientific-accurate, diceritakan dalam film ini bagaimana Mark menunjukkan bahwa otak manusia memang memiliki kemungkinan yang tidak terbatas, dan dengan pengetahuannya sebagai botanis, Mark berhasil menumbuhkan kentang di Mars! Di Mars!!!, yang konon merupakan planet gersang dan tandus, bagaimana Mark bahkan berhasil membuat persediaan air untuk kentangnya dengan membakar nitrogen dan hidrogen, atau entah apalah zat-zat kimiawi di sana, sungguh sangat mengejutkan melihat Mark bisa memecahkan beberapa masalah penting dalam bertahan hidup. Belum lagi bagaimana Mark dengan mengandalkan pengetahuannya mengitung persediaan makanannya hingga hari terakhir di Mars, lalu menuliskan kata "Good bye Mars" di kantong persediaan makanan terakhirnya.
Suka ngga suka film scifi, bagi saya mungkin The Martian ini adalah salah satu film scifi favorit saya tahun ini. Begitu banyak pesan positif yang diberikan oleh film yang "seharusnya" penuh aura depresi dan keputusasaan ini.
Comments
Post a Comment