Sastra Sekura

Pegang tanganku Lihatlah ke mataku Katakan apa yang kau lihat Karena mata tidak pernah berbohong Dan semua yang pernah kau lakukan Dan segala sesuatu yang kamu tahu Dan dalam setiap mimpi yang pernah kamu miliki Aku berada di sana bersamamu Ceritakan semua yang kau bisa karena aku orang yang akan memahamimu Akulah semua fantasimu Dan setelah semua itu hanya tentang kau dan aku Aku rahasiamu Dan ketika kau terluka karna beban dunia tidak ada yang akan ku lakukan dan disaat kau meninggalkan dunia Aku akan pergi bersamamu Ceritakan lagi tentang cinta yang tak berujung pembicaraan dengan matahari, bulan dan bintang apa yang kau pikirkan tentang Allah dan manusia katakan padaku tentang sesuatu yang tidak ada seorangpun yang akan mengerti karena aku rahasiamu Kau bertanya "apakah cinta itu bohong?" dan "apakah dunia ini terlihat gila?" "mengapa kita menangis?" dan "apakah hidup ini benar-benar hanya mimpi?" Ceritakan semua yang kau bisa Akulah yang a

Entah angin apa yang membawaku ke tempat ini pagi-pagi. Dengan langkah sempoyongan kumasuki pasar pagi yang dipenuhi oleh ibu-ibu yang mau menyiapkan menu-menu kuliner untuk keluarganya. Terhenti langkahku pada sekerumunan ibu-ibu yang memilih ikan, udang dan seanekaragam menu laut (bc: pasar ikan), di sana ada sebuah kursi tanpa penghuni, segera kuhampiri dan langsung kududuki dengan posisi kaki serasa di warung kopi. Melihat ibu-ibu memilih dan berebut ikan-ikan segar, cukup membawaku ke sebuah kenangan manis, yang walaupun hanya bisa dihitung dengan jari, tapi aku bangga sudah pernah mengantar ibuku berbelanja di pasar pagi. Entah karna sistem pencernaanku sedang error atau apa, aku terhanyut dalam lamunan,,yaa walaupun saat mengantar ibu aku hanya menunggu di warung kopi, tapi cukuplah. Tiba-tiba sang penjual ikan bertanya "Bang, mau ikan apa? pilihlah!!!". Dengan intonasi orang pasar, tentu sangat-sangat mengagetkanku. Dengan malu-malu kujawab "Ada kopi ndak bu?&qu

Pagi ini aku menelepon Salah satu yang mengakhiri semuanya Menutup telpon, aku ingin menangis Tapi sial, rasa ini menghilang, kering Bukan untuk uang, bukan untuk ketenaran Bukan untuk kekuasaan, hanya tidak ada lagi permainan Tapi sekarang aku aman di mata tornado Aku tidak bisa mengganti kebohongan, yang membiarkan seribu hari pergi Tidak ada lagi yang hidup terperangkap di dalamnya Dengan cara itu aku pasti akan mati Dengan Mata tornado, aku ditiup pergi Kamu akan tumbuh untuk membenci namaku Kamu akan tetap sama membenciku Kamu tidak akan membutuhkan nafasmu Dan segera, kamu akan menemui ajal kematianmu Bukan dari tahun, bukan dari penggunaannya Bukan dari air mata, hanya pelecehan diri Siapa yang bilang apa yang pantas dikatakan untuk ku? . . . jadi . . . lakukan . . . Sebab sebuah ketiadaan yang besar akan selalu untukku Pulau kesempatan Kesempatan emas untukku Masa depanku terlihat begitu cerah Sekarang, aku telah melihat masa depan yang bercahaya Tida

Pada sebuah kejadian imajinasi, terdapat dua gunung besar yang saling berhadapan. Di atas keduanya ditancapkan sebuah jembatan gantung besar yang menakjubkan. lalu di bawahnya terdapat sebuah lembah yang dalam. Aku berdiri di atas jembatan tersebut. Sementara seluruh isi dunia diliputi oleh kegelapan yang pekat. Aku melihat ke sisi kanan; ternyata ia berupa pekuburan besar di bawah sayap kegelapan yang tak bertepi. Kemudian aku melihat ke sisi kiri; bahwa kulihat gelombang hitam menerjang kuat serta bencana hebat menerpa seakan-akan ia siap menyerang. Yang kumiliki hanya sebuah lentera dengan cahaya yang sangat lemah di tengah selimut kegelapan yang luar biasa. Hanya itu yang dapat kupergunakan. Kondisinya sangat mencekam. Aku melihat sejumlah singa, dan hewan buas di setiap tempat bahkan sampai ke ujung dan tepi jembatan. Ketika itu aku berharap andai saja tidak memiliki lentera yang justru memperlihatkan makhluk menakutkan tadi. Sebab ke mana saja aku mengarahkan cahaya lampu,

Try to love yourself! Whoever your are Whatever you do sekalipun banyak rambut yang rontok, sekalipun banyak duit di dompet percayalah, bahwa apa yg telah diberikan Tuhan padamu adalah yg terbaik untukmu. jangan banyak mengeluh jangan lagi menangis dan jangan lupa gosok gigi sebelum tidur. coba cintai dirimu coba banggakan dirimu buat ia merasa hebat tanpa lencana dari pejabat stop to make your self be perfect! kamu gak butuh semua itu , jangan banyak menuntut jangan lagi bekaloot dan jangan pernah menyesali “kenapa aku tak seperti dia ?” “kenapa aku? kenapa selalu aku… dan kenapa aku…” tapi katakan; inilah AKU! dengan segala kekurangan dan kelebihanku! lalu tersenyumlah :) (*NB: Jangan coba2 senyum sendiri, jika tak ingin bangun pagi.

UTS tadi malam gagal, gara2 setengah semester baru masuk 2 kali. dan digantilah dengan jadwal perkuliahan yang hampir jam 10 baru selesai. Aktivitas siang kemarin telah menguras mata sipitku, akibatnya kuliah baru berjalan beberapa menit aku sudah dilanda rasa kantuk. Untung aja sore kemarin sempat baca artikel tentang menghilangkan rasa kantuk di kelas, yakni; ngemut permen, ngejailin teman, dan ngelakuin hal indah. Kebetulan aku jarang bawa permen, trus gimana mo ngejailin teman? aku aja duduk sendirian, paling depaaan lagi. jadi terpaksa ngelakuin cara yang terakhir; ngelakuin hal indah, senyum-senyum sendiri. :-D Waktu dosen lagi serius seriusnya menjelaskan, aku lihat suasana sekitar memastikan gak ada yang melihat, diam-diam aku mulai senyum pelan, terus agak kencang dikit, trus gigi mulai kelihatan dan mata makin menyipit. ketika kantuk udah ilang dan mulai konsentrasi dengan penjelasan dosen, adek tingkat cewek yang satu kelas di sebelah kanan mejaku melotot sambil dengan mu