PresenSimalakama
Bagai Buah Simalakama!
Sesuatu keadaan atau suasana dimana seseorang tidak mampu untuk membuat sebuah keputusan berdasarkan akal dan pikiran karena apapun yang diputuskan dan dikerjakan akan mendapat resiko besar sebagai akibat dari perbuatan tersebut, sementara keadaan tersebut harus terjadi.
Begitu juga dengan presenSImalakama ==> Presensi dengan menerapkan aturan yang menerapkannya bagai makan buah simalakama. Diterapkan sejawat sakit, tidak diterapkan atasan marah.
Sepertinya perumpamaan ini akan berlaku kepada manusia sepanjang jaman. Tetapi berlakunya perumpamaan ini sepertinya hanya kepada orang-orang yang mau peduli dengan kehidupan, atau kepada orang-orang yang mampu menggunakan otaknya sebagai peran pengambil keputusan dengan pertimbangan konsekwensi logis yang harus dihadapi. Seandainya kepada orang-orang yang belum mampu untuk menggunakan otaknya untuk mengambil keputusan maka perumpamaan ini kurang manjur sebagai petuah nasehat kuno.
Orang-orang tua dahulu sebenarnya sudah mengarahkan manusia-manusia sekarang ini untuk mengambil makna dari pepatah lama ini dalam menjalankan kehidupan baik untuk pribadi-pribadi maupun kelompok masyarakat dan bangsa.
Oleh karena itu, berdasarkan pengalaman pribadi, akal dan pikiran yang logis, serta petuah nasehat kuno dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang logis antara presensi dan buah simalakama.
Sesuatu keadaan atau suasana dimana seseorang tidak mampu untuk membuat sebuah keputusan berdasarkan akal dan pikiran karena apapun yang diputuskan dan dikerjakan akan mendapat resiko besar sebagai akibat dari perbuatan tersebut, sementara keadaan tersebut harus terjadi.
Begitu juga dengan presenSImalakama ==> Presensi dengan menerapkan aturan yang menerapkannya bagai makan buah simalakama. Diterapkan sejawat sakit, tidak diterapkan atasan marah.
Sepertinya perumpamaan ini akan berlaku kepada manusia sepanjang jaman. Tetapi berlakunya perumpamaan ini sepertinya hanya kepada orang-orang yang mau peduli dengan kehidupan, atau kepada orang-orang yang mampu menggunakan otaknya sebagai peran pengambil keputusan dengan pertimbangan konsekwensi logis yang harus dihadapi. Seandainya kepada orang-orang yang belum mampu untuk menggunakan otaknya untuk mengambil keputusan maka perumpamaan ini kurang manjur sebagai petuah nasehat kuno.
Orang-orang tua dahulu sebenarnya sudah mengarahkan manusia-manusia sekarang ini untuk mengambil makna dari pepatah lama ini dalam menjalankan kehidupan baik untuk pribadi-pribadi maupun kelompok masyarakat dan bangsa.
Oleh karena itu, berdasarkan pengalaman pribadi, akal dan pikiran yang logis, serta petuah nasehat kuno dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang logis antara presensi dan buah simalakama.
Comments
Post a Comment